Belajar dari Mantan TKI, Diplomat Harus Lebih Inovatif

By Admin

nusakini.com--Memberdayakan purna TKI untuk membangun UKM di desanya merupakan salah satu solusi dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Jika kurang percaya, ini kisahnya. 

Lihatlah pria yang bernama Abdullah Hadi. Purna TKI dari Korea Selatan itu telah memberi sudut pandang tersendiri bagi diplomat muda yang tengah mengikuti Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-60 di Pusdiklat Kemenlu. kemarin.

Ia sengaja hadir untuk berbagi kisah sukses dalam membangun usaha ternak ayam Sonagi Farm di Dukuh Jongso, Pati, Jawa Tengah yang nilainya puluhan milyar. Terasa wow banget. 

Dibalik cerita indahnya, Hadi mengakui adanya dukungan Pemerintah, khususnya akses untuk mendapatkan​ pelatihan, modal dan ijin, yang merupakan bekal awal bagi pengembangan usaha ternaknya. “Tanpa bantuan Pemerintah, mungkin saya masih menjadi seorang TKI,” katanya. 

Berawal dari keikutsertaan pelatihan BNP2TKI tahun 2015, Hadi mendapatkan pinjaman modal dari bank pemerintah. Selanjutnya, ia memberanikan diri untuk memulai usaha dengan target 1 juta populasi ayam. Tak disangka, target ini terlampaui dalam waktu 2 tahun saja.  

Untuk merangkul dukungan dari warga setempat, Hadi pada awalnya membangun hanya 1 kandang untuk ditinjau. Setelah disetujui oleh Pemerintah Daerah, kemudian Hadi melanjutkan pembangunan kandang yang lebih besar.  

Kini usahanya sudah berhasil membangun 37 kandang dengan 1,2 juta populasi ayam. Tidak hanya itu, kemajuan usahanya ini telah membawa angin kemakmuran bagi warga sekitar yang semula hanya fokus bercocok tanam kemudian beralih ke peternakan. Usaha ternak Hadi terbukti telah memberikan kesempatan kerja yang luas bagi anak muda di Dukuh Jongso.  

"Purna TKI tidak perlu kembali ke Korea Selatan. Cukup sekali berangkat untuk mengumpulkan modal dan kembali ke Indonesia lalu menjadi usahawan yang menyerap tenaga kerja di dalam negeri,” tegas Hadi menyampaikan harapannya.  

Dalam kalkulasinya, pendapatan dari beternak ayam justru lebih besar dari gaji yang ditabung selama bekerja keras beberapa tahun di Korea Selatan. Tentu semua itu perlu modal, ketekunan dan kerja keras. Tidak bisa sambil leyeh-leyeh. 

Disarankan, Pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan pemberdayaan TKI pada saat di luar negeri sebelum para pekerja migran pulang. Agar mereka dapat melakukan perencanaan dan persiapan usaha yang lebih matang di saat modal masih di tangan. 

Gerry Indradi, peserta Sesdilu 60 terkesan dengan jiwa wirausaha Hadi yang tidak hanya berorientasi keuntungan semata namun juga sangat industrialis. Hadi dipandang memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kesejahteraan daerahnya melalui pemberdayaan dan kemitraan dengan masyarakat setempat.  

Sementara itu, Direktur Sesdilu, menandaskan bahwa kehadiran sosok Abdullah Hadi menjadi bukti bahwa kesuksesan bisa diraih ketika seseorang melakukan inovasi-inovasi untuk mengembangkan usahanya. Hadi tidak hanya melakukan inovasi dengan membangun konsep kandang tertutup dan sistem blower untuk mengatur suhu dan sirkulasi udara, tetapi juga inovasi dilakukan dalam hal pengolahan limbah yang dimanfaatkan untuk pakan lele. 

“Kalau mantan TKI saja top dalam berinovasi, maka peserta Sesdilu ke-60 insya Allah lebih inovatif dalam menjalankan misinya,” celoteh Aji Surya dengan milik super serius. (p/ab)